Selasa, 30 Desember 2014

Hujan


Jika bertanya tentang kesenangan dan kebahagiaan, saya hanya dapat menjawab "hujan".
Disaat hujan, kebanyakan orang menghabiskannya dengan mengamati dari jauh.  Tentunya hal itu akan ternilai baik bila dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan.  Tetapi sebagian kecil yang lain rindu menghabiskan hujan dengan cara yang berbeda.  Bersentuhan dan bergabung dengannya. Bermain dengan deras dan rintiknya.  Seolah-olah alunannya membentuk nada-nada yang indah.  Terkadang deras, terkadang hanya rintik-rintik, terkadang tercampur dengan angin, terkadang menjadi memalukan, hal indah yang ditakdirkan Tuhan terlalu banyak lupa untuk disyukuri.
Dan hujan seringkali membawa kebahagiaan,  beberapa anak kecil dapat tersenyum dan tertawa dengan adanya hujan.  Mereka menghabiskan seluruh albumnya bersama hujan.  Mereka jujur dengan apa yang mereka sukai.  Mereka memiliki sudut pandang yang berbeda yang mungkin dapat menghabiskan beberapa halaman untuk menjelaskannya.  Dan entah mengapa, kami tergerak untuk mengikuti keberanian anak-anak tersebut dalam memperlakukan hujan sebagai kebahagiaan.  Mungkin dalam hati kami, ini kesempatan yang langka dapat bahagia bersama hujan.  Karena diumur sembilan belas tahun rata-rata remaja dan semisalnya menghabiskan hujan dengan kegalauan dan semacamnya yang saya katakan tidak semuanya berakhir negatif.

Itulah yang kami lakukan, ya benar.  Sesuatu yang berbeda dengan yang lainnya, bergabung dan bermain bersama rezeki Tuhan (hujan).

Kami tidak tahu kapan kesempatan langka ini akan datang lagi.  Disaat yang lain masih sibuk dengan menyempurnakan dakwahnya. Kami memilih untuk sesuatu hal yang terkesan kekanak-kanakan.  Dengan sebuah bola futsal dan diiringi hujan yang cukup deras, kami bermain dengan beberapa anak kecil.  Kami bermain bersama mereka dengan beberapa perjanjian yang berujung dengan pembelajaran.  Toh, dimana pun kita berada dan apa yang kita lakukan tentunya haruslah ada nilai dakwahnya,  "Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya".  Meski mungkin harus mengecewakan Kang Sampana (Ketua kamal-X  or Ketua DS 10) dengan yang lainnya ( kami mohon maaf).  Sungguh kami hanya jarang menemukan kesempatan ini.  Suasana kampus yang sulit untuk berekspresi dan datang pula beberapa macam kejenuhan.  Menjadikan kami tidak berfikir panjang dan mengambil kesemapatan langka ini.  "Da, aku mah apa atuh..." dikutip dari kata -kata Kang Sampana saat mengisi pesantren kilat di SMA Negeri 10 Bandung.

#savePalestina=save_al_aqso=kewajiban_seluruh_muslim_dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar